Merajut Persatuan untuk Flores yang Adil dan Damai

Bagikan:

Diskusi publik bertema “Merajut Persatuan Untuk Flores yang Adil dan Damai” diselenggarakan pada Senin malam, 12 November 2018, di Rumah Kreasi Baku Peduli, Cowang Dereng. Pembicara mengangkat isu potensi radikalisme di Manggarai Barat, Flores, dan NTT. Mereka sepakat bahwa radikalisme sering kali muncul sebagai reaksi terhadap ketimpangan ekonomi. Sosiolog Pastor Max Regus berpendapat bahwa di wilayah tersebut, isu radikalisme bukanlah masalah utama, melainkan isu-isu ekonomi-politik yang lebih relevan. Di sisi lain, Pastor Silvi Mongko menekankan bahwa radikalisme adalah ancaman global yang perlu diwaspadai karena sering kali dipicu oleh ketidakadilan dan ketimpangan sosial.

Diskusi ini turut menghadirkan Kasat Intelkam Polres Mabar, IPTU Cakra Muda, yang menyampaikan bahwa radikalisasi terjadi karena tiga faktor utama: pemicu, latar belakang, dan kesempatan. Kampanye positif dan kegiatan seni budaya menjadi solusi yang diusulkan untuk mengatasi hal ini, dengan gerakan Pelita (Pemuda Lintas Agama) di Labuan Bajo sebagai salah satu upaya untuk memperkenalkan nilai-nilai kebhinekaan.

Diskusi ini juga menghadirkan berbagai kelompok masyarakat, termasuk Pelita Mabar, Sait Egidio, SMAK St. Ignatius Loyola, GP Ansor Mabar, dan Pemuda Muhammadiyah Mabar, yang berkolaborasi untuk memperkuat nilai-nilai kedamaian dan persatuan di Manggarai Barat.

Berikut foto-foto yang menggambarkan semangat kolaborasi dalam memperkuat dan merajut persatuan untuk Flores yang adil dan damai:

Publikasi Lainnya

Masyarakat Adat Poco Leok Gelar Aksi Unjuk Rasa, Tolak Proyek Geotermal di Hari Lingkungan Hidup

Masyarakat Adat Poco Leok Long March dari Kantor DPRD-Kantor Bupati Manggarai (Document Sunspirit)

Penguatan Praktik Jurnalisme Data

Kelas Berbagi "Jurnalisme Data" bersama Mawa Kresna, Direktur Eksekutif Indonesian Data Journalism Network (IDJN) sekaligus Editor Project Multatuli