Pada 10 Mei 2025, di Ruteng, Kabupaten Manggarai, tiga lembaga yakni Floresa, Sunspirit for Justice and Peace, dan Rumah Baca Aksara berkolaborasi menyelenggarakan lokakarya menulis yang berfokus pada jurnalisme data.
Kegiatan ini adalah hasil kolaborasi antara tiga elemen penting di Manggarai: Floresa.co sebagai media lokal, Sunspirit for Justice and Peace sebagai lembaga advokasi sosial, dan Rumah Baca Aksara sebagai ruang belajar masyarakat. Ketiganya menghadirkan Mawa Kresna, Direktur Eksekutif Indonesian Data Journalism Network (IDJN) sekaligus Editor Project Multatuli, sebagai fasilitator utama. Ia didampingi oleh Reja Hidayat, jurnalis investigasi dari media yang sama.
Berbicara soal data sering kali mengintimidasi. Namun, Kresna justru mengajak peserta melihat data sebagai cerita yang menunggu diceritakan, bukan sekadar angka-angka mati.
Ia mengawali lokakarya dengan menantang peserta: “Bagaimana kita bisa membuat angka berbicara?”
Dalam sesi tersebut, Kresna memaparkan bahwa jurnalisme data bukan sekadar teknik, tetapi juga pendekatan yang mengharuskan jurnalis mempertanyakan angka, menelusuri sumbernya, hingga mengungkap makna di baliknya.
Ia menekankan bahwa data mentah tak bisa ditelan begitu saja. Sumber, metodologi, dan konteks harus diverifikasi, karena, ujarnya, “data tetap bisa menyesatkan jika tidak dibaca secara kritis.”
Contoh konkret pun ditampilkan. Salah satunya adalah liputan Narasi TV tentang tragedi Kanjuruhan tahun 2022, yang berhasil menyusun kronologi kejadian dari metadata video penonton. Di tengah hiruk-pikuk berita cepat, pendekatan berbasis data memungkinkan hadirnya kebenaran yang lebih utuh dan itulah kekuatan jurnalisme data.
Di tengah sesi, peserta diajak membedah laporan investigasi Project Multatuli tentang proyek jalan di Lampung. Bukan hanya soal teknis peliputan, tapi juga proses analisis data tender, relasi kuasa di balik angka-angka pengadaan, dan bagaimana narasi disusun secara etis dan berbasis fakta. Dari proses ini, peserta belajar bahwa data tak hanya bisa mengungkap penyimpangan, tetapi juga membangun argumen yang kuat dalam kerja jurnalistik.
Adriani Miming dari Sunspirit menilai pendekatan ini sangat penting dalam kerja advokasi. “Kami butuh data untuk memperkuat suara korban dan komunitas. Jurnalisme data bisa menjadi jembatan menuju transparansi,” katanya.
Sementara Kordianus Lado dari trennews.id menyebut lokakarya ini sebagai “obor” bagi jurnalis lokal untuk menyelami kerja jurnalistik yang lebih dalam dan berorientasi pada kualitas.
Dengan membawa semangat kolaboratif dan pembelajaran kritis, lokakarya ini bukan hanya tentang memahami data, tetapi juga membayangkan bentuk jurnalisme yang lebih bertanggung jawab dan berdampak di Flores. Di tengah derasnya informasi dan kompleksitas persoalan sosial, kapasitas jurnalis dan pegiat sosial dalam membaca dan mengolah data akan menentukan seberapa kuat suara mereka didengar.
Oleh Tim Riset dan Advokasi Sunspirit for Justice and Peace