Apa yang Dapat Dipelajari dari Virus Babi ASF?

Sunspirit-2021, Bencana virus ASF sangat merugikan peternak babi di Kepulauan Flores secara umum dan secara khusus di Kabupaten Manggarai Barat. Untuk lingkup Kecamatan Lembor misalnya, virus ini telah menewaskan hingga lebih dari delapan ribu ekor babi dari para peternak setempat.

Persoalan ini tentu membutuhkan langkah penanganan serius, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sebagai bagaian dari respon itu, Zoom in on Flores, Edisi Kamis, 08 April 2021 menyelenggarakan sebuah diskusi bertajuk “Peternakan Babi pasca Bencana Virus ASF”. Diskusi ini menghadirkan sejumlah pihak selaku pembicara yaitu Benediktus Pambur yang mewakili peternak babi Kecamatan Lembor, Pius Baut-Camat Lembor, Maria E. Purnasari, dokter hewan sekaligus staf bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mabar, Viktorimus Ranggu, dokter hewan sekaligus Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Keswan Mabar dan Dominikus Sambut, Anggota DPRD Mabar.

Diskusi yang dihadiri oleh kurang lebih 20an peserta ini mendiskusikan dua hal penting. Pertama, terkait perkembangan terkini penyebaran virus ASF dan langkah-langkah penanganan dalam lingkup Kabupaten Manggarai Barat. Kedua, rekomendasi strategi kebijakan yang mendesak dilakukan.

Di bagian awal diskusi ini, Benediktus Pambur, mencertikan bahwa wabah virus ini sangat merugikan dirinya sebagai peternak. Babi miliknya yang mati sebanyak 51 ekor menjadi bukti nyata keganasan serangan virus ini. Bagi dirinya yang sekaligus petani di persawahan lembor, bencana ini membawa beban ganda, sebab proyek besar-besaran renovasi empat irigasi di persawahan Lembor di tahun 2021 ini, membuat para petani setempat tidak bisa menggarap lahan sawah mereka untuk waktu yang cukup lama. Sebab itu, menurutnya peternakan babi menjadi salah satu sandaran ekonomi utama bagi para petani.

Baca: Virus Babi Belum Terkendali, Kuliah Anak Pun Terancam

Di bagian lain ia juga menceritakan bahwa dirinya belum berani untuk kembali mulai beternak babi. Situasi yang sama hampir dialami oleh semua para peternak di Kecamatan Lembor. Hal ini, kata dia, disebabkan oleh ketidaktahuan para peternak terkait informasi terkini perkembangan virus ini untuk lingkup Kabupaten Manggarai Barat. Di samping itu, langkah penanganan dari pihak Pemda terhadap serangan virus ini juga belum sungguh meyakinkan mereka, apakah persebaran virus ASF sudah mulai berkurang atau masih tinggi.

Senada dengan Benekdiktus Pambur, Camat Lembor, Pius Baut, juga mengungkapkan fakta kerugian yang sangat besar yang dialami oleh para peternak di Lembor yang diakibatkan oleh serangan virus ini. Bahkan menurut dia, seturut informasi yang dihimpunnya dari para peternak, dampak dari virus ASF ini, secara ekonomi lebih merugikan para peternak/petani ketimbang serangan pandemi virus corona. Sebab ini sangat terkait dengan salah satu penyangga terpenting ekonomi orang Manggarai, secara khusus para peternak di Kecamatan Lembor. Sebab itu, sebagai kepala administratif setempat, ia sangat berharap kepada Pemerintah Daerah setempat untuk segera memastikan langkah-langkah penanganan yang efektif membantu beban para peternak setempat.

Sementara itu dari sisi Kesehatan Hewan, drh. Sari memaparkan bahwa secara global penyakit ini belum bisa ditangani. Belum ada obat khusus yang ditemukan untuk menyembuhkan penyakit ini. Di NTT pun penyakit ini tergolong sesuatu yang sangat baru. Secara epidemologi pun penularan penyakit ini sangat cepat, sebab bisa menggunakan hampir semua medium, termasuk manusia.

Mirip dengan itu, mewakili pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat, drh. Kristo mengatakan bahwa untuk sekarang ini pihak Pemerintah belum bisa mengambil langkah penanganan yang cepat, selain terus mengikuti perkembangan terkini terkait persebaran virus ASF ini melalui jaringan kerja tim lapangan.

Semantara itu, mewakili pihak DPRD, Dominikus Sambut mengatakan bahwa sejauh ini, pihak DPRD sedang mendiskusikan secara serius tentang persoalan ini. Agenda yang mendesak dilakukan antara lain mendorong Dinas Peternakan dan Keswan Manggarai Barat untuk mengalokasikan anggaran yang lebih besar dalam rangka pemulihan sektor peternakan di Manggarai Barat pasca bencana virus ASF. Anggaran ini misalnya dapat digunakan untuk penyediaan benih babi.

Bertolak dari peta persoalan di atas, peserta forum ini merekomendasikan beberapa hal konkret yang segera perlu dilakukan berbagai pihak dalam rangka menangani persoalan ini, baik jangka pendek maupun yang lebih bersifat jangka panjang.

Pertama, Pemerintah dalam haln ini Dinas Peternakan perlu meningkatkan sistem pendaatan terkait persebaran penyakit ini secara sistematis. Melalui sistem pendataan ini, para peternak terbantuk untuk mendapatkan informasi terkini terkait persebaran virus ini.

Kedua, Pemerintah perlu merekomedasikan lembaga-lembaga keunangan seperti bank dan koperasi untuk mengeluarkan kebijakan semacam relaksasi kredit bagi para peternak.

Ketiga, Pemerintah dalam hal ini melalui usulan DPRD perlu menganggarkan dana secara khusus untuk pemulihan ekonomi para peternak.

Keempat, untuk jangka panjang, belajar dari bencana virus ASF, Pemerintah bersama para peternak perlu membangun asosiasi peternak babi di Kabupaten Manggarai Barat. Asosiasi ini penting sebagai wadah bagi para peternak untuk membicarakan masalah serta menyampaikan aspirasi kepada pihak Pemerintah.

 

Publikasi Lainnya