Thursday, January 21, 2021
  • ABOUT US
  • RESEARCH
    • Research in Progress
    • Working Paper
    • Journal Articles
    • Flores Studies
    • Books
  • JARINGAN KERJA RAKYAT
    • Taman Nasional Komodo
    • Advokasi Lawan Privatisasi Pantai Pede
    • Geothermal Wae Sano
    • Flores Lawan Oligarki
    • Gerakan Alternatif
  • PUBLIKASI
    • Press Release
    • News
    • Catatan Peduli
    • Gallery
    • INFOGRAFIK
  • PERTANIAN ORGANIK
No Result
View All Result
Sunspirit
No Result
View All Result
Home RESEARCH Flores Studies

Orang Lokal dalam Pariwisata Dive di Labuan Bajo

July 1, 2018
in Flores Studies
0
Share on FacebookShare on TwitterEmailLine

Artikel yang ditulis oleh Hellen Klimmek berikut ini merupakan saripati dari disertasinya yang berjudul “An examination of the barriers to local community participation in the dive tourism industry in Flores, Indonesia”. Artikel ini sedikit banyak mengulas tentang sejauh mana partisipasi masyarakat lokal dalam pariwisita dive di Labuan Bajo.

Temuan Klimmek memperlihatkan bahwa dalam dive tourism di Labuan Bajo, masyarakat lokal dominan berposisi sebagai non participation category. Terma ini dipopulerkan oleh Daldeniz dan Hampton (2012) untuk melukiskan mentoknya peluang bisnis pariwisata bukan karena adanya indikasi penindasan, tetapi karena kurangnya peluang, modal serta skill dari pelaku wisata.

Menyinggung peluang pekerjaan dan bisnis masyarakat lokal dalam dive tourism misalnya, penelitian Klimmek memunculkan beberapa temuan penting. Mayoritas pemilik dive centre di Labuan Bajo adalah warga negara asing. Ini merupakan wajah umum pariwisata di Labuan Bajo. Masyarakat lokal rata-rata menempati bisnis-bisnis skala kecil (less capital-intensive businesses) seperti kedai makan dan minum, sementara hotel-hotel besar dan restaurant merupakan garapan orang asing atau menjadi “bisnisnya orang bule”.

Klimmek lebih jauh menemukan bahwa masyarakat lokal kalah bersaing dalam merebut posisi strategis sepert dive master atau instruktor. Masyarakat lokal rata-rata berebut posisi sebagai kapten atau awak kapal. Mengapa begitu? Kurangnya skill bahasa Inggris serta biaya latihan dive yang harus merogoh kocek tidak sedikit, menghambat peluang para pekerja lokal dalam dive tourism.

Terkait jejaring ekonomi dan bisnis (Economic Linkages), Klimmek menemukan bahwa dive tourism sekilas berimbas (trickle down effect) pada bisnis-bisnis masyarakat lokal. Wisatawan dive tourism yang menginap di hotel-hotel elit misalnya, cenderung makan di restoran dan warung-warung yang tersebar di pinggir jalan dan juga kadang-kadang mengunjungi pasar lokal untuk membeli buah-buahan segar, sayur dan daging. Sementara itu, makanan yang tersedia di restoran umumnya dibeli  di pasar lokal atau juga disuplai dari Ruteng, sementara beberapa produk lain diimpor dari Lombok dan Bali.

Sebenarnya roda ekonomi rakyat dalam dive tourism bisa berputar lebih cepat. Kendalanya tourist dive yang datang ke Labuan Bajo rata-rata menggunakan jasa perusahaan Live-Abroad yang berada di luar Labuan Bajo. Karena itu, turis biasanya langsung dari Bandara menuju kapal. Mereka lantas menghabiskan beberapa hari atau minggu di dalam kapal. Dalam kajian pariwisata, jenis pariwisata seperti ini biasanya disebut dengan ‘enclave tourism’ (Britton, 1982), di mana terjadi interaksi yang begitu minim antara para turis dengan komunitas lokal (VH/SSP).

Artikel lengkapnya dapat di akses di bawah ini:

Hellen Klimmek: An examination of the barriers to local community participation in the dive tourism industry in Flores, Indonesia

atau di sini

Hellen Klimmek: An examination of the barriers to local community participation in the dive tourism industry in Flores, Indonesia

Tags: Orang Lokal dalam Pariwisata Dive di Labuan Bajo

ArtikelLain

Pandemi Covid-19 dan Tiga Isu Makro Ketahanan Pangan di Kepulauan Flores

August 26, 2020

Kali ini suasananya tampak sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Para petani tampak memenuhi area persawahan di sekitar Kota Labuan Bajo-Manggarai...

Pariwisata Super Premium dan Penguasaan Sumber Daya di Flores

August 26, 2020

MATAHARI belum genap sejengkal di atas horison laut Komodo ketika warga mulai sibuk pagi itu. Sekelompok perempuan paruh baya berkeliling...

Pertanian dan Orang Muda di Manggarai, Flores

March 30, 2020

OLEH: NEY DINAN Pada bulan November tahun lalu, saya diajak oleh Jessica, seorang mahasiswi doktoral dari National University, Singapura untuk terlibat dalam sebuah...

Critical Development Studies in Flores

November 29, 2019

Next Post

Buku Database Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2017

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SUNSPIRIT for justice and peace is a civil society organization working in the area of social justice and peace in Indonesia.

KONTAK KAMI:

BAKU PEDULI CENTER: Jl. Trans Flores Km. 10, Watu Langkas, Desa Nggorang, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT

EMAIL: sunspiritindonesia@gmail.com

© 2019 Sunspirit for Justice and Peace

No Result
View All Result
  • ABOUT US
  • RESEARCH
    • Research in Progress
    • Working Paper
    • Journal Articles
    • Flores Studies
    • Books
  • JARINGAN KERJA RAKYAT
    • Taman Nasional Komodo
    • Advokasi Lawan Privatisasi Pantai Pede
    • Geothermal Wae Sano
    • Flores Lawan Oligarki
    • Gerakan Alternatif
  • PUBLIKASI
    • Press Release
    • News
    • Catatan Peduli
    • Gallery
    • INFOGRAFIK
  • PERTANIAN ORGANIK