Aditya Gumay Bagi-bagi Rahasia Bikin Film di Labuan Bajo

Bagikan:

LABUAN BAJO – Workshop singkat Seluk-beluk Dunia Film yang dibawakan oleh Aditya Gumay, sutradara film Emak Ingin Naik Haji, berlangsung menarik. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemendikbud RI bekerja sama dengan beberapa komunitas seni di Labuan Bajo ini digelar di Rumah Kreasi Baku Peduli pada Jumat, 25 November 2016.

Dalam workshop yang dihadiri 25 peserta tersebut, pria yang juga menyutradarai Lenong Bocah ini tidak hanya membagikan ‘rahasia’ proses produksi film pendek, baik dokumenter maupun fiksi, tetapi juga memberikan informasi terkait peluang mendapatkan beasiswa untuk memproduksi sebuah film.

Berani memulai, banyak belajar, tidak bekerja sendiri melainkan dalam tim, membuka diri untuk membangun jaringan, siap menghadapi tantangan, jujur dalam menghadirkan fakta (untuk film dokumenter), serta menyajikan kekhasan dan kelokalan secara indah menurut sudut pandang masing-masing merupakan deretan ‘rahasia’ yang disampaikan Aditya.

“Apalagi Labuan Bajo punya potensi luar biasa untuk menghasilkan film-film berkualitas. Dari sudut pandang mana saja bagus. Yang penting teman-teman mau memulainya. Ajukan konsep yang menarik, saya siap membantu,” jelas Aditya.

“Angkat kearifan lokal, potensi-potensi yang ada di sini, jangan meniru, lakukan apa yang menjadi ketertarikan dasar teman-teman. Tapi bukan berarti tidak ada tantangan. Tantangan pasti ada,” kata pria kelahiran 1966 yang sudah menulis skenario film sejak SMP ini.

Namun, lanjutnya, tantangan harus dilewati karena di situlah letak kuncinya. Aditya kemudian mencontohkan tantangan yang dihadapinya ketika melakukan syuting film Emak Ingin Naik Haji. “Ketika memproduksi film itu, saya kesulitan mendapatkan izin dari pemerintah Arab Saudi. Tetapi akhirnya berhasil,” jelasnya. “Saya harus melakukan pengambilan gambar secara sembunyi-sembunyi di sana,” kisahnya.

Berkat film yang diproduksi pada 2009 itu, ia mengaku banyak peluang terbuka untuknya, baik di dalam maupun luar negeri. Banyak produser kemudian menawarinya kerja sama, dan sejak itu beberapa film berhasil ia sutradarai, di antaranya Rumah Tanpa Jendela (2010), Ummi Aminah (2011), Sayap Kecil Garuda (2012), Ada Surga di Rumahmu (2014), dan yang terbaru 25 Hari di Eropa (2016).

Film terakhir ini tengah ia promosikan secara mandiri. “Sekarang saya sedang memasarkan film 25 Hari di Eropa. Karena film ini pakai uang pribadi, jadi saya harus gencar. Oleh karena itu, beberapa tawaran kerja sama untuk sementara saya pending dulu,” ungkapnya.

Berikut beberapa foto saat diskusi bersama Aditya Gumay

Publikasi Lainnya

Perjalanan Taman Nasional Komodo: Diambil dari Warga Adat, Dikuasai Negara, Diobral ke Korporasi

Adriani Miming Setelah sebelumnya tertunda akibat tekanan dari masyarakat sipil dan peringatan dari UNESCO, Pemerintah Indonesia kembali melanjutkan upaya...

Pernyataan Sikap Masyarakat Adat Poco Leok Saat Upacara Bendera HUT RI ke 80

KOMUNITAS MASYARAKAT ADAT POCOLEOKMinggu, 17 Agustus 2025 Sehubungan dengan rencana perluasan pengembangan panas bumi Ulumbu di wilayah Pocoleok, kami...

Pulau Padar Bukan untuk Dijual! Cabut Konsesi Bisnis, Tegakkan KomitmenKonservasi

Tiga perusahaan yang sudah mengantongi izin di dalam Kawasan Taman Nasional Komodo

Masyarakat Adat Poco Leok Gelar Aksi Unjuk Rasa, Tolak Proyek Geotermal di Hari Lingkungan Hidup

Masyarakat Adat Poco Leok Long March dari Kantor DPRD-Kantor Bupati Manggarai (Document Sunspirit)