Tenun merupakan budaya dan keterampilan rakyat yang bernilai ekonomi tinggi. Namun sebagai potensi ekonomi rakyat, khususnya perempuan pedesaan di Nusa Tenggara Timur, produk tenun tidak mendapat tempat maksimal di tengah pusaran pasar. Kendala terbesar yang dihadapi oleh para penenun adalah tidak memiliki akses pasar yang adil dan tetap.
Berangkat dari kendala di atas, dengan fakta lain bahwa banyak penenun yang ada sekarang adalah perempuan generasi tua yang berusia rata-rata 30-50 tahun, maka Rumah Baku Peduli SUNSPIRIT For Justice and Peace membentuk rumah tenun yang diberi nama Rumah Tenun Baku Peduli.
Tujuan utama dibentuknya rumah tenun ini adalah untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya, kebiasaan dan tradisi sehat yang dihadirkan dalam dan melalui kegiatan menenun selain secara ekonomi mendatangkan manfaat maksimal bagi penenun itu sendiri.
Dengan tujuan itu diharapkan akan terjadi proses pewarisan dan regenerasi proses pembuatan tenun ikat NTT.
Tujuan lain dari didirikannya rumah tenun ini adalah karena di beberapa tempat sudah terdapat kelompok tenun baik di Timor dan Manggarai Raya, pada saat yang sama rumah tenun ni juga bersedia memfasilitasi penjualan tenun baik ke pasar lokal, nasional maupun internasional. Tidak adanya pasar yang adil dan tetap
Bahan baku yang mahal dan susah didapat, karena melewati rantai pasar yang panjang di mana banyak pedagang sudah mengambil untung. Suplier hanya ada di kota, menyulitkan akses penenun yang umumnya masih bekerja sendiri-sendiri (dengan konsekuensi masing-masing harus ke kota untuk beli benang. Pewarnaan merupakan proses yang rumit dan berisiko tinggi, dengan bahan-bahan pewarna yang juga didatangkan dari suplier seperti benang; sehingga banyak penenun tidak berani melakukan pewarnaan sendiri. Tidak adanya tempat kerja kolektif di kampung, yang menjadi semacam rumah tenun bersama bagi perempuan penenun [Rumah Tenun/spp]