Floresa.co – Di tengah guyuran hujan sejak Jumat pagi, 9 Juni 2023, puluhan warga di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, Flores bertahan di jalan menghadang kendaraan milik perusahan yang hendak mematok lahan untuk proyek geothermal.
Warga dari beberapa empat kampung adat ini, yakni Gendang Lungar, Gendang Tere, Gendang Racang dan Gendang Rebak membuat barikade yang membuat dua kendaraan perusahaan tidak bisa melintas menuju wilayah Lingko Tanggong yang ditetapkan sebagai salah satu titik pemboran, well pad D.
Servasius Masyudi Onggal, pemuda asal Poco Leok yang berada di lokasi mengatakan kepada Floresa bahwa warga berkumpul di lokasi sejak pukul 09.00 Wita.
“Mereka berdatangan dari rumah-rumah mereka. Orang tua, orang muda, laki-laki dan perempuan semuanya terlibat,” katanya.
Ia mengatakan, mereka terus bertahan di tengah derasnya hujan dengan menggunakan payung, jas hujan dan mantel.
“Bahkan beberapa di antaranya hanya menggunakan handuk, jaket dan topi untuk melindungi diri dari derasnya guyuran hujan,” tambah Yudi.
Menurutnya, total 10 orang yang datang dengan dua mobil itu, yakni tiga orang polisi, dua orang dari pihak perusahaan, dua orang sopir dan seorang lain yang belum diketahui identitasnya.
Dalam beberapa video yang ia kirimkan kepada Floresa, tampak ibu-ibu berteriak histeris kepada polisi yang hendak menghalau mereka.
Yudi mengatakan, warga spontan bergerak ke lokasi setelah pada Jumat pagi ada beberapa warga yang melihat dua buah mobil itu bergerak menuju well pad D, yang merupakan tanah ulayat milik Gendang Lungar.
“Sebelumnya, warga sudah menerima informasi bahwa akan ada pihak perusahaan yang akan turun untuk melakukan kegiatan pemasangan patok dan pilar,” katanya.
Yudi mengatakan, umum terjadi selama ini bahwa “kehadiran mereka memang sangat rahasia, tidak terbuka dan jauh dari perhatian publik, terutama warga-warga yang berada di seputaran lokasi well pad D tersebut.”
“Pada penghadangan kali ini, warga menyatakan aksi protes dan penolakan terhadap kehadiran pihak perusahaan yang kerap kali datang ke lokasi warga tanpa prosedur yang baik, tidak transparan terhadap warga.”
“Warga juga merasa tidak dihargai, lantaran tidak mendengarkan, mengindahkan dan tidak merespon aksi protes mereka pada kesempatan tujuh kali penghadangan sebelumnya,” katanya.
Korida Jehanut, salah satu ibu yang ikut dalam aksi itu mengatakan, “kami sudah buat pernyataan [penolakan], sudah hadang berkali-kali, kenapa masih mau datang terus?”
“Apakah suara-suara kiami tidak sampai di hadapan mereka?” tanya Maria Teme, ibu lainnya.
“Mereka suduah tidak punya rasa malu, tidak peka dengan situasi masyarakat. Kalian yang bawa proyek, kami warga di sini yang bertengkar. Padahal sebelumnya kami aman-aman saja,” kata Wilhelmina Sesam, ibu lainnya.
Yudi mengatakan sekitar dua jam berlangsungnya penghadangan, sebuah truk dengan kap terbuka sempat muncul tidak jauh dari kerumunan warga.
Setelah dicek, kata dia, mobil itu ditumpangi oleh warga pemilik lahan yang setuju dengan proyek itu.
Namun, kata Yudi, warga itu “tinggal jauh di luar wilayah Poco Leok.”
“Truk itu juga diketahui membawa pilar-pilar dan patok yang sudah disiapkan oleh perusahaan untuk ditanam di lokasi-lokasi yang menjadi target pemboran,” katanya.
Hingga Jumat petang, kata Yudi, warga masih bertahan di lokasi.
“Mereka tetap setia berdiri di tengah derasnya hujan. Beberapa anak muda terlihat sibuk mencari terpal untuk mendirikan tenda di lokasi, karena begitu derasnya hujan,” katanya.
Yudi mengatakan, selain polisi, saat ini beberapa tentara juga sedang bergerak ke lokasi.
“Enam orang tentara baru lewat hendak ke lokasi,” katanya.
Proyek geothermal di Poco Leok, wilayah yang mencakup 14 kampung adat di tiga desa, dikerjakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara, dengan pendana Bank Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW).
Ini merupakan proyek perluasan Pembangkit Listrik Panas Bumi [PLTP] Ulumbu yang beroperasi sejak tahun 2012 dan menghasilkan 10 MW energi listrik.
Proyek di Poco Leok, yang berlokasi sekitar tiga kilometer ke arah timur Ulumbu, direncanakan akan menghasilkan energi listrik 2×20 MW.