Sunday, September 24, 2023
  • ABOUT US
  • RESEARCH
    • Research in Progress
    • Working Paper
    • Journal Articles
    • Flores Studies
    • Books
  • JARINGAN KERJA RAKYAT
    • Taman Nasional Komodo
    • Advokasi Lawan Privatisasi Pantai Pede
    • Geothermal Wae Sano
    • Flores Lawan Oligarki
    • Gerakan Alternatif
  • PUBLIKASI
    • Press Release
    • News
    • Catatan Peduli
    • Gallery
    • INFOGRAFIK
  • PERTANIAN ORGANIK
No Result
View All Result
Sunspirit
No Result
View All Result
Home JARINGAN KERJA RAKYAT Gerakan Alternatif

JEJAK SEJARAH : BERDIRINYA LUMBUNG PADI LEMBOR

November 10, 2016
in Gerakan Alternatif, PERTANIAN ORGANIK
0
Share on FacebookShare on TwitterEmailLine

“Lembor dikenal sebagai lumbung pangan serta panen raya padi di Borong oleh Presiden Soeharto itu masa saya. Saya tidak bangga, tetapi pada masa kepemimpinan saya rakyat tidak lapar. Bahkan beras mulai suplai keluar daerah”

Demikian kata Frans Dulla Burhan, Bupati Manggarai periode 1978-1989. Namun demikian kesuksesannya bukan tanpa problem. Beberapa saat setelah pelantikannya sebagai bupati pada 1 November 1978, Manggarai Raya dihantam kelaparan hebat.gambar-bupati

Tanggap akan situasi itu, Dulla Burhan tidak hanya memberi bantuan darurat berupa 250 ton beras kepada rakyat, tetapi juga semua lokasi yang berpotensi untuk areal persawahan dibuka. Secara gotong royong warga membangun irigasi dan selokan.

Namun demikian, dalam catatan sejarah pertanian Manggarai Raya, bukan Dulla Burhan yang menjadi peletak dasar pertanian modern, tetapi bupati sebelumnya yakni Frans Sales Lega (1968-1978). Dalam upaya untuk melawan kemiskinan Sales Lega tidak hanya menginvestasikan pembangunan jangka panjang melalui jalur pendidikan dengan membuka sekolah dalam kerjasama dengan pihak gereja. Tetapi juga merealisasikan agenda prestisius seperti pembuatan turbin listrik Wae Garit dan pembangunan bandara Satar Tacik.

Setelah berhasil membangun bandara fokus perhatian berikutnya adalah perluasan daerah persawahan. Sebelumnya, para petani Manggarai sudah merasakan jasa baik para pemimpin sebelumnya seperti Raja Tamoer, Raja Bagoeng (1924-1930), Raja Baroek 1931-1949), Raja Ngambut (1949-1960), Kraeng Charolus Hamboer (1960-1967) yang telah merintis pembukaan sawah irigasi bronjong. Para pendahulunya sudah membangun irigasi darurat di Cancar, Dampek dan Wae Reca. Oleh Sales Lega selanjutnya irigasi-irigasi tersebut menjadi permanen sehingga sirkulasi air persawahan berjalan lancar. Persawahan di Cancar, Satar Mese dan Lembor mulai beroperasi baik. Manggarai pun mulai popular sebagai lumbung beras.

Sudah sejak itu kantong-kantong produksi padi, secara khusus Lembor dikembangkan dan diawasi secara serius. Walau pun kemiskinan terus menggerogoti perut rakyat, keberpihakan dan kepedulian para pemimpinnya tidak lelah untuk terus hadir dan berada bersama rakyatnya.

Puncaknya pada era 80-an, pada ketika Manggarai dipimpin Frans Dulla Burhan, nama Lembor menjadi terkenal seantero Nusa Tenggara Timur antaran disematkan sebagai Lumbung Padi.

*) Disarikan oleh Kris Bheda Somerpes dari Kanis Lina Bana (ed) ‘Makna Bertapak, Jejak Langkah Membangun Manggarai’ Lamalera: 2009)

*)Diambil dari Majalah Lintas Timur, Edisi Juli-Oktober

Tags: Carolus HamboerConstantinus NgambutFrans Dula BurhanFrans Sales LegaLemborRaja BagoengRaja Baroek

ArtikelLain

Persoalan Petani Diabaikan, Warga Kritisi Festival Kopi Colol, Tolak Kehadiran Bupati Agas

June 14, 2023

Ditulis oleh:Tim Floresa Poster yang dipajang warga di Colol, mengkritisi penyelenggaraan festival kopi di tempat mereka...

Delapan Universitas Terkemuka di Amerika Serikat Tayang dan Diskusikan Film ‘Dragon for Sale’

April 28, 2023

Ditulis oleh:Tim Floresa Poster salah satu dari lima film dalam serial dokumenter 'Dragon for Sale' yang...

Antusiasme dan Kegeraman Warga di Habitat Komodo Menyaksikan ‘Dragon for Sale’

April 6, 2023

Ditulis oleh:Jefry Dain dan Anno Susabun Warga Kampung Komodo sedang menyaksikan tayangan perdana film "Dragon for...

Rumah Tenun Baku Peduli: Melestarikan Tenun, Menghidupi Penenun

December 23, 2022

Ditulis oleh:Tim Redaksi Floresa Dua penenun di Rumah Tenun Baku Peduli, Herlina Lenos dan Karolina Mun...

Next Post

Sisi Kejam Pembangunan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SUNSPIRIT for justice and peace is a civil society organization working in the area of social justice and peace in Indonesia.

KONTAK KAMI:

BAKU PEDULI CENTER: Jl. Trans Flores Km. 10, Watu Langkas, Desa Nggorang, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT

EMAIL: sunspiritindonesia@gmail.com

© 2019 Sunspirit for Justice and Peace

No Result
View All Result
  • ABOUT US
  • RESEARCH
    • Research in Progress
    • Working Paper
    • Journal Articles
    • Flores Studies
    • Books
  • JARINGAN KERJA RAKYAT
    • Taman Nasional Komodo
    • Advokasi Lawan Privatisasi Pantai Pede
    • Geothermal Wae Sano
    • Flores Lawan Oligarki
    • Gerakan Alternatif
  • PUBLIKASI
    • Press Release
    • News
    • Catatan Peduli
    • Gallery
    • INFOGRAFIK
  • PERTANIAN ORGANIK